Sekolah Pemimpin Bangsa

EN / GB

Pesan Pendekar Tapak Suci: Disiplin, Emosi, dan Sikap bagi Santri Mu’allimin

Oleh Ahmad Tino

24 December 2025

{{brizy_dc_image_alt entityId=

Pada hari Selasa (17/12/2025), santri kelas II Tsanawiyah Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta duduk khidmat mendengarkan materi yang disampaikan oleh seorang Pendekar Madya Tapak Suci Putra Muhammadiyah, Haris Wijaya, dengan tema “Peran Tapak Suci di Era Modernisasi”.

Materi tersebut merupakan salah satu rangkaian acara Kemah Ujian Kenaikan Tingkat I yang bertempat di Aula Bumi Perkemahan Memorial Park, Sentolo, Kulon Progo. Dalam penyampaiannya, Haris Wijaya mengawali materi dengan menceritakan pengalamannya ketika harus merelakan aktivitas Tapak Suci demi fokus belajar menghadapi Ujian Nasional pada masanya.

“Saat itu, orang tua mengatakan kalau Tapak Suci itu sampingan, belajar dulu,” ujar beliau.

Beliau kemudian melanjutkan kisah tentang Tapak Suci pada masa lampau. Menurutnya, pada zamannya dahulu, Tapak Suci sangat digandrungi oleh anak muda setempat.

“Saat saya menempel kertas pendaftaran di setiap sudut Jogja, pasti ada sampai 500–600 orang setiap kali membuka pendaftaran,” sebut beliau.

Beliau juga menceritakan momen paling membahagiakan selama menjadi bagian dari bela diri tersebut. Dari Parangtritis menuju Kauman, beliau bersama rekan-rekan satu perguruan berjalan tanpa alas kaki, menyusuri Yogyakarta di bawah terik matahari dan dinginnya cuaca saat itu. Setibanya di kota, beliau dan teman-temannya disambut dengan iringan drumband yang membahana sepanjang Jalan Malioboro.

“Seperti pahlawan saja, walau jalannya sambil terseok-seok,” ucap beliau dengan penuh semangat.

Memasuki materi inti, beliau menyampaikan bahwa dalam bela diri Tapak Suci terdapat tiga hal utama yang dapat dipelajari, yaitu disiplin, emosi, dan sikap. Beliau menjelaskan bahwa disiplin dalam belajar bela diri mirip dengan disiplin para penghafal Al-Qur’an, yakni fokus, repetisi, dan ketaatan terhadap aturan. Tiga hal tersebut menjadi poin penting dalam pembentukan disiplin.

Poin kedua adalah emosi. Hal ini berkaitan dengan ketenangan serta cara merespons ujaran dan perilaku, baik dari lawan maupun kawan dalam bela diri.

“Tidak kebayang kan? Sekalinya emosi kita meledak, lalu kita lampiaskan ke orang lain, berapa mahal harga yang harus kita bayar?” tutur beliau. Emosi menjadi poin krusial dalam berbagai jenis olahraga, bahkan berimbas pada kehidupan kerja sehari-hari.

Sebagai penjelasan, beliau mengajak para peserta untuk membangun sebuah struktur bangunan dalam waktu yang singkat. Hasilnya, banyak peserta yang gagal karena tekanan waktu. Pada percobaan kedua, para peserta berhasil menyelesaikannya sesuai waktu yang ditentukan. Peserta mengaku merasakan kepanikan, tangan bergetar, dan tekanan mental ketika membandingkan percobaan pertama dan kedua.

Pada poin ketiga, yaitu sikap, beliau menegaskan bahwa setiap pelajar bela diri, apa pun perguruannya, harus mampu bersikap baik dan benar di mana pun dan kapan pun berada.

Sebagai penutup, beliau menegaskan bahwa tiga poin besar tersebut merupakan pilar utama dalam menghadapi perkembangan zaman, serta menjadi dasar bagaimana Tapak Suci dapat terus berperan di era modernisasi.

Sesi materi ditutup dengan foto bersama dan diskusi kelompok kecil yang didampingi oleh kakak-kakak panitia dari Tapak Suci Mu’allimin.

Penulis: Jawda Zahi Alghani

Mu'allimin di Instagram


Mu'allimin dalam angka


Mendidik Sejak

0
0

Tahun Berdiri

0

Jumlah Pelajar

0

Komunitas Siswa

Informasi PPDB Tahun Ajaran 2025/2026

Penerimaan Siswa Baru (SPBM) Tahun Ajaran 2025/2026 Gelombang 1 dibuka sampai dengan 5 November 2025.

00
Hari
00
Jam
00
Menit
00
Detik

© 2025 Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta