Yogyakarta — Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta Periode 2025/2026 menyelenggarakan Pelatihan Kader Dasar Taruna Melati (PKDTM) 1 pada 13–16 Oktober 2025 di kompleks Youth Center Yogyakarta. Kegiatan ini secara khusus diperuntukkan bagi kader Madrasah Mu’allimin tingkat 4 sebagai tahapan awal penguatan ideologi, kepemimpinan, dan militansi ke-IPM-an.
PKDTM 1 menjadi ruang strategis kaderisasi pelajar Muhammadiyah untuk menanamkan nilai-nilai keislaman, kemuhammadiyahan, ke-IPM-an, kepemimpinan, serta kemampuan berpikir kritis. Seluruh rangkaian kegiatan dirancang secara sistematis dan berkesinambungan, memadukan dimensi intelektual, ideologis, spiritual, dan praksis organisasi.
Hari pertama kegiatan diawali dengan Stadium General yang disampaikan oleh Ariyati Dina Puspita Sari, S.Si., M.Pd., Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul ‘Aisyiyah. Dalam pemaparannya, ia mengajak para kader untuk memaknai proses kaderisasi sebagai perjalanan hidup yang harus dijalani dengan kesadaran, kesungguhan, dan optimisme menuju takdir yang lebih baik.
Pada malam harinya, materi keislaman disampaikan oleh Hasnan Nahar, S.Th.I., M.Ag., Ketua DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Bidang Tabligh, Kajian, dan Keislaman. Ia menegaskan bahwa Islam hadir sebagai ajaran pembebasan yang menjunjung keadilan, memuliakan perempuan dan kelompok minoritas, serta membawa rahmat bagi seluruh alam.
Hari kedua dibuka dengan senam sehat bersama sebagai upaya menumbuhkan keseimbangan antara kesehatan fisik dan kesiapan mental kader. Materi kemuhammadiyahan kemudian disampaikan oleh Inggit Prabowo, mantan Bendahara Umum Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Sijunjung. Ia menekankan bahwa Muhammadiyah bukan sekadar narasi sejarah, melainkan gerakan Islam yang hidup, bergerak, dan terus memberi jawaban atas tantangan zaman.
Materi ke-IPM-an pada siang hari menghadirkan sejumlah narasumber dari PW IPM DIY. Muhammad Zulfa Zaidan Ichsanie, Ketua Bidang Perkaderan PW IPM DIY, menekankan pentingnya kedewasaan dalam menyikapi perbedaan. Fadian Muhammad Ahsanul A’mal, Ketua Bidang Seni Budaya PW IPM DIY, mengingatkan bahwa kerja organisasi harus berorientasi pada dampak nyata. Sementara itu, Phieby Eltricia Haves Hazimaa, Ketua Bidang IPMawati PW IPM DIY, menegaskan bahwa setiap kader memiliki ruang, peran, dan waktunya masing-masing untuk bertumbuh dan berkontribusi.
Sore hari diisi dengan materi Critical Thinking oleh Muhammad Yasir Abdad, S.I.P., Sekretaris Bidang Hubungan dan Kerjasama Internasional PP IPM. Ia menekankan pentingnya kemampuan bernalar dan berkomunikasi secara logis agar kader mampu mengambil keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Malam harinya, materi keorganisasian disampaikan oleh Tsabita Ikrima Al-Arify, S.IP., Sekretaris Umum PW IPM DIY, yang menegaskan bahwa organisasi besar adalah organisasi yang mau belajar, bertumbuh bersama, dan mampu mengelola krisis dengan harapan yang realistis.
Pada hari ketiga, kegiatan diisi dengan materi kepemimpinan oleh Faiz Arwi Assalimi, S.A.P., dilanjutkan dengan Sarasehan Kepemimpinan yang menghadirkan Ketua Umum PW IPM DIY serta Ketua Umum PD IPM se-DIY. Forum ini menjadi ruang dialog dan refleksi tentang keteladanan, adaptivitas, keterbukaan untuk terus belajar, serta komitmen menjadi kader yang memberi manfaat bagi sesama.
Malam hari diisi dengan Malam Keakraban (Makrab) dan Pengukuhan, sebagai simbol penguatan ikatan ideologis dan komitmen kader tingkat 4 dalam melanjutkan estafet perjuangan IPM dan Muhammadiyah.
Hari terakhir PKDTM 1 ditutup dengan kegiatan outbound yang dirancang untuk melatih kerja sama, kepemimpinan lapangan, dan ketangguhan mental. Selama seluruh rangkaian kegiatan, para kader juga dibiasakan dengan disiplin spiritual melalui sholat tahajud, sholat subuh berjamaah, kajian ayat Al-Qur’an, serta kultum harian.
PKDTM 1 ini bukan sekadar rangkaian materi, jadwal, atau forum diskusi. Ia adalah ruang jeda bagi kader tingkat 4 untuk berhenti sejenak, menoleh ke dalam, dan bertanya: ke mana arah langkah kader Mu’allimin setelah ini? Di tengah padatnya ritme belajar dan kehidupan asrama, kader diajak kembali pada akar ideologisnya—Islam yang berkemajuan, Muhammadiyah sebagai gerakan, dan IPM sebagai medan pengabdian pelajar.
Di forum ini, kader tidak hanya belajar berbicara, tetapi juga belajar mendengar. Tidak hanya diajak berpikir kritis, tetapi juga diajak menata niat dan keberpihakan. Sebab menjadi kader tingkat 4 bukan semata soal jenjang, melainkan tentang kesiapan memikul amanah yang lebih besar: menjadi teladan, penggerak, dan penjaga nilai di lingkungan madrasah dan persyarikatan.
Melalui disiplin ibadah, dialog gagasan, latihan kepemimpinan, hingga kebersamaan dalam dinamika lapangan, PKDTM 1 menjadi proses pembentukan watak kader yang utuh—berpikir jernih, bersikap dewasa, dan bertindak dengan kesadaran ideologis. Inilah ikhtiar kecil namun bermakna untuk melahirkan kader pelajar yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter dan berdaya juang.
Bagi kader tingkat 4 Mu’allimin, PKDTM 1 bukanlah titik akhir perjalanan kaderisasi. Ia adalah pintu masuk menuju fase pengabdian yang lebih serius, lebih sadar, dan lebih bertanggung jawab—menghidupkan IPM, merawat Muhammadiyah, dan meneguhkan diri sebagai pelajar yang membawa misi perubahan.










