Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta kembali meneguhkan dirinya sebagai Sekolah Para Pemimpin Bangsa melalui pelaksanaan Khotmul Qur’an dan Refleksi Milad ke-107 yang digelar serentak di Kampus Induk Wirobrajan dan Kampus Terpadu Sedayu pada Kamis, 4 Desember 2025. Kegiatan ini dimulai pukul 07.00 WIB dan diikuti oleh seluruh civitas madrasah, mulai dari para santri hingga seluruh pegawai, sebagai wujud syukur atas perjalanan panjang lembaga kader persyarikatan yang telah berdiri sejak 1918.
Sejak pagi, kedua kampus dipenuhi suasana khidmat. Rangkaian kegiatan Milad 107 ini diawali dengan pelaksanaan salat dhuha bersama, dilanjutkan dengan Khotmul Qur’an yang dilakukan secara berkelompok. Seluruh santri membacakan Al-Qur’an secara serempak hingga khatam sebagai simbol ketundukan, rasa syukur, dan harapan agar perjalanan Mu’allimin ke depan senantiasa diberkahi oleh Allah SWT.
Usai Khotmul Qur’an, kegiatan dilanjutkan dengan sesi refleksi yang menghadirkan dua tokoh alumni untuk memberikan pencerahan dan pesan inspiratif kepada seluruh santri. Di Kampus Induk, hadir Ustadz Drs. HM. Anas Mahduri, M.Pd.I., alumni Mu’allimin tahun 1970 yang dikenal sebagai salah satu kader Muhammadiyah yang memiliki rekam jejak panjang dalam dakwah dan pendidikan. Dalam refleksinya, beliau menegaskan bahwa karakter utama anak Mu’allimin sejak masa lalu hingga kini adalah gerak dan kontribusi nyata dalam amar makruf nahi munkar di berbagai bidang kehidupan. Ia juga menekankan bahwa bekerja bagi kader Mu’allimin bukan sekadar menjalankan tugas, tetapi menghadirkan kesungguhan serta menjadikan setiap pekerjaan sebagai wasilah amal akhirat.
Beliau mengingatkan bahwa rezeki adalah urusan Allah, sehingga santri harus fokus pada ikhtiar terbaik sekaligus menjaga niat yang lurus. Para santri diingatkan bahwa mereka adalah “anak panah kader Muhammadiyah” yang dipersiapkan untuk menembus medan dakwah dan pengabdian pada umat. Ustadz Anas juga menekankan pentingnya istiqamah dalam satu hal tertentu, menanamkan kebaikan di mana pun berada, serta berusaha menjadi pribadi yang bertakwa, berilmu, dan bermanfaat. Menurutnya, tiga poin terakhir itulah ciri sejati seorang insan berkelas dan berpengaruh.
Sementara itu, di Kampus Terpadu Sedayu, sesi refleksi diisi oleh Ustadz Herman Fuadi, S.Ag., alumni tahun 1975. Dalam penyampaiannya, beliau membawa para santri menyelami kembali suasana pendidikan Mu’allimin pada era sebelumnya—sebuah masa yang penuh perjuangan, kesederhanaan, dan keseriusan dalam menuntut ilmu. Beliau mengisahkan bagaimana para santri zaman dahulu berusaha keras dalam kondisi minim fasilitas, namun tetap mampu memaksimalkan potensi yang ada demi mencapai prestasi dan pengabdian terbaik.
Ustadz Herman berpesan agar santri masa kini tidak kalah semangat dibanding generasi sebelumnya. Ia mengajak seluruh santri untuk memanfaatkan perkembangan teknologi sebagai peluang, bukan ancaman. Menurutnya, santri Mu’allimin harus menjadi generasi yang adaptif, tidak tertinggal, dan mampu mengelola kemajuan zaman untuk memperluas dakwah serta kontribusi di masyarakat.
Kegiatan Khotmul Qur’an dan Refleksi Milad ke-107 ini semakin menguatkan jati diri Mu’allimin sebagai lembaga kader modern yang tetap berakar pada nilai-nilai Al-Qur’an dan tradisi dakwah Muhammadiyah. Selain menjadi momentum muhasabah, kegiatan ini juga menjadi pengingat bahwa usia 107 tahun bukan sekadar angka, melainkan simbol keteguhan, keikhlasan, dan keberlanjutan estafet perjuangan panjang Mu’allimin dalam mencetak pemimpin umat dan bangsa.
Dengan semangat milad ke-107, Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta kembali menegaskan komitmennya untuk terus menghadirkan pendidikan terbaik, melahirkan kader berakhlak Qur’ani, berwawasan luas, adaptif terhadap zaman, serta mampu membawa kemanfaatan bagi masyarakat nasional maupun global. Semangat ini sekaligus meneguhkan posisi Mu’allimin sebagai madrasah kader, madrasah peradaban, dan madrasah pemimpin bangsa yang terus berkiprah lebih dari satu abad.













