Mu’allimin, Yogyakarta - menandai momentum penting dalam upaya berkelanjutan lembaga untuk menguatkan kapabilitas akademik dan budaya riset di kalangan pendidik. Kegiatan pembuka yang berlangsung hangat ini dihadiri oleh jajaran pimpinan, termasuk Direktur Mu’allimin Dr. Mhd Lailan Arqam, M.Pd., beserta Wakil Direktur I Bidang Akademik, Solikhin, M.Pd., sekaligus menjadi wadah orientasi dan penegasan komitmen terhadap kualitas penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan.
Sebanyak 25 guru dari berbagai Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) mengikuti program ini, mewakili spektrum disiplin yang lebar: dari Keislaman, MAFIKIBTIK, Sosial Humaniora, hingga Mulok, BK, PJOK, dan Bahasa. Hadirnya para pendidik lintas bidang ini menegaskan karakter PTK Mu’allimin sebagai upaya kolaboratif yang bukan sekadar pengembangan individu, melainkan transformasi praktik pembelajaran yang berdampak nyata bagi seluruh civitas akademika.
Dalam sambutannya, Direktur Dr. Mhd Lailan Arqam menekankan perbedaan mendasar antara eksperimen pendidikan dan Penelitian Tindakan Kelas. Ia menjelaskan bahwa eksperimen akademis seringkali tidak menuntut ketercapaian keberhasilan sebagai syarat mutlak, sementara PTK di Mu’allimin dirancang untuk mencapai target yang jelas; sebuah proses yang berhenti hanya ketika siklus-siklus intervensi dan refleksi menunjukkan hasil yang sesuai rencana. Penegasan ini sekaligus menempatkan PTK sebagai metode ilmiah yang pragmatis dan bertanggung jawab, bukan sekadar prosedur administratif.
Lebih jauh, Direktur dan tim akademik menyoroti beragam manfaat PTK bagi guru. Melalui proses perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi berulang, para pendidik tidak hanya memperkaya kompetensi profesionalnya, tetapi juga membangun pola pikir yang lebih terstruktur dan sistematis. Inovasi yang lahir dari PTK diharapkan berbasis konsep ilmiah sehingga solusi pembelajaran yang dihasilkan bukan sekadar improvisasi sesaat, melainkan sumbangan nyata terhadap praktik pendidikan yang efektif dan berkelanjutan di kelas.
Di tengah keceramahannya tentang teknik dan manfaat, pesan moral tentang dedikasi mendapat porsi penting. Panitia mengingatkan agar hibah dan dukungan yang mengalir untuk PTK dijiwai dengan kesungguhan: penelitian ini tak boleh dipandang semata sebagai jalan memperoleh dana. Jika dijalankan dengan hati, PTK akan memberi dampak positif berlapis—menguatkan kapasitas guru, meningkatkan mutu lembaga, dan pada akhirnya memperkaya pengalaman belajar siswa. Integritas juga menjadi nilai yang ditekankan; peserta diwajibkan menghasilkan karya orisinal, bukan memodifikasi penelitian lama milik pihak lain, karena PTK yang jujur menjadi salah satu indikator penilaian akreditasi dan reputasi institusi.
Penutupan acara disertai komitmen kolektif: Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta menegaskan kembali peranannya sebagai fasilitator pengembangan profesional guru yang berorientasi pada bukti dan dampak. Dengan dukungan pimpinan akademik dan partisipasi aktif para guru, PTK tahun ajaran 2025/2026 diharapkan menjadi titik tolak peningkatan kualitas pembelajaran yang terukur—mengokohkan Mu’allimin bukan hanya sebagai lembaga pengajaran, tetapi juga sebagai pusat praktik pendidikan yang inovatif dan terpercaya.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai rangkaian PTK dan publikasi hasil penelitian, Madrasah mengundang civitas akademika dan masyarakat pendidikan untuk mengikuti update resmi melalui saluran komunikasi lembaga.









